Berita : N95 bukan masker paling tepat untuk korban kabut asap

Sejumlah siswa kelas I SDN 15 mengenakan masker saat hari pertama sekolah kembali aktif di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (5/10). Dinas Pendidikan Provinsi Riau memutuskan untuk mengaktifkan lagi kegiatan sekolah sebanyak dua kali sepekan meski kondisi polusi kabut asap masih dalam level "Berbahaya", dengan mempertimbangkan terlalu lamanya sekolah diliburkan selama darurat asap yang sudah mencapai 30 hari.
Sejumlah siswa kelas I SDN 15 mengenakan masker saat hari pertama sekolah kembali aktif di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (5/10). Dinas Pendidikan Provinsi Riau memutuskan untuk mengaktifkan lagi kegiatan sekolah sebanyak dua kali sepekan meski kondisi polusi kabut asap masih dalam level "Berbahaya", dengan mempertimbangkan terlalu lamanya sekolah diliburkan selama darurat asap yang sudah mencapai 30 hari.

Masyarakat yang terkena kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan dibuat bingung oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh pejabat pemerintah terkait masker jenis apa yang sebaiknya digunakan selama kabut asap belum reda.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei kepada CNN Indonesia mengatakan ada satu jenis masker yang efektif untuk menghindarkan masyarakat dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut akibat kabut asap.

"Masker yang bagus itu ya N95, tidak bisa menggunakan masker yang digunakan para dokter untuk operasi (masker hijau)," kata Willem seraya menambahkan bahwa untuk menghadapi kepulan kabut asap yang pekat memang harus menggunakan masker khusus. Jika tidak memiliki masker khusus, masyarakat bisa menggunakan handuk yang basah.

"Kalau kabut asapnya sangat pekat maka gunakanlah handuk basah, itu rekomendasi kesehatan," ujar Willem.

Sementara itu terkait permintaan supaya pemerintah memberikan masker jenis N95 kepada masyarakat yang berada di wilayah yang terkena kabut asap, Menteri Kesehatan Nila F. Moeleok menilai justru hal itu tidak tepat.

Alasannya, menurut menteri kesehatan seperti dikutip dari TEMPO.co, masker N95 karena masker jenis ini memiliki pori-pori yang kecil, sementara itu polutan yang dihasilkan asap besar. "

"Masker N95 itu pori-porinya kecil sekali, sedangkan polutannya saat ini itu agak besar. Jadi kalau itu menempel (di masker), jadinya malah menutup pori-pori, malah pernafasannya menjadi lebih sulit," kata Nila yang sudah mendapatkan penjelasan mengenai penggunaan masker yang tepat bagi masyarakat yang terkena kabut asap dari seorang ahli kesehatan paru-paru.

Dengan demikian, kata Nila kepada Detikcom, penggunaan masker yang tepat saat ini adalah jenis yang biasa. Menurutnya, masker yang biasa masih bisa mencegah masuknya partikel jahat yang terkandung dalam kabut asap tersebut.

"Jadi sebenarnya masker yang biasa itu bisa, karena masker itu masih masuk udara, jadi kita masih bisa bernafas. Tapi partikel yang besar-besar itu tertahan di masker," kata Nila.

Dijelaskan Nila, penggunan masker N95 lebih tepat pada saat terjadi bencana atau kejadian luar biasa yang udaranya mengandung partikel kecil yang bisa merusak tubuh.

via Hatree

Posting Komentar

Lagi Hangat